Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Dibawa Gelombang - Sanusi Pane [Profil Sanusi Pane]

Written By Unknown on Selasa, 24 Agustus 2010 | 00.01

DIBAWA GELOMBANG - Sanusi Pane


Alun membawa bidukku perlahan
Dalam kesunyian malam waktu
Tidak berpawang tidak berkawan
Entah kemana aku tak tahu

Jauh di atas bintang kemilau
Seperti sudah berabad-abad
Dengan damai mereka meninjau
Kehidupan bumi yang kecil amat

Aku bernyanyi dengan suara
Seperti bisikan angin di daun
Suaraku hilang dalam udara
Dalam laut yang beralun-alun

Alun membawa bidukku perlahan
Dalam kesunyian malam waktu
Tidak berpawang tidak berkawan
Entah kemana aku tak tahu


Profil SAnusi PAne

Sastrawan Sanusi Pane dilahirkan di Muara Sipongi, Tapanuli, Sumatera Utara, 14 November 1905. Ia menempuh pendidikan formal di HIS dan ElS di Padang Sidempuan, Tanjungbalai, Sibolga, Sumatera Utara. Kemudian melanjutkan ke Mulo di Padang dan Jakarta, tamat 1922. Setamat Kweekschool Gunung Sahari tahun 1925, ia diminta mengajar di sekolah itu juga yang kemudian dipindahkan ke Lembang dan jadi HIK. Selanjutnya ia mendapat kesempatan mengikuti kuliah Othnologi di Rechtshogeschool.



Pada Tahun 1929-1930 ia mengunjungi India. Sekembalinya dari sana, ia duduk dalam redaksi majalah TIMBUL (dalam bahasa Belanda, kemudian pakai lampiran Indonesia), ia menulis karangan-karangan kesusastraan, filsafat dan politik, sambil bekerja sebagai guru. Tahun 1934, ia dipecat sebagai guru karena keanggotaannya dalam PNI. Kemudian ia menjadi pemimpin sekolah-sekolah Perguruan Rakyat di Bandung dan menjadi guru pada sekolah menengah Perguruan Rakyat di Jakarta. Tahun 1936, ia menjadi pemimpin surat kabar Tionghoa-Melayu KEBANGUNAN di Jakarta dan tahun 1941, ia menjadi redaktur Balai Pustaka.



Dalam banyak hal Sanusi Pane adalah antipode dari Sutan Takdir Alisjahbana. Berbeda dengan Takdir yang menghendaki coretan yang hitam dan tebal”dibawah pra-Indonesia, yang dianggapnya telah menyebabkan bangsa Indonesia telah menjadi nista, Sanusi sebaliknya malah mencari ke jaman Indonesia purba dan kearah nirwana kebudayaan Hindu. Perkembangan filsafat hidupnya sampai pada sintesa Timur dan Barat, persatuan rohani dan jasmani, akhirat dan dunia, idealisme dan materialisme. Puncak periode ini ialah dramanya Manusia Baru. PB/PR 1940.



Sanusi Pane banyak mengarang buku, diantaranya ; Pancaran Cinta dan Prosa Berirama ditahun 1926, Puspa Mega dan Kumpulan Sajak ditahun 1927, Airlangga”drama dalam bahasa Belanda, pada tahun 1928, Eenzame Caroedalueht, drama dalam bahasa Belanda ditahun 1929, Madah Kelana dan kumpulan sajak yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1931, naskah drama Kertajaya ditahun 1932, naskah drama Sandhyakala Ning Majapahit”pada tahun 1933, naskah drama Manusia Baru yang diterbitkan oleh Balai Pustaka tahun 1940. Selain itu, ia juga menterjemahkan dari bahasa Jawa kuno kekawin Mpu Kanwa dan Arjuna Wiwaha yang diterbitkan oleh Balai Pustaka tahun 1940.***
(sumber)

10 komentar:

Seti@wan Dirgant@Ra mengatakan...

Makasih banyak sudah posting profil beliau disini.

Buwel ngelink Anak SMP mengatakan...

Thanks 4 Sharenya, Termasuk Sastrawan Agungnya Indonesia neh Beliyyaw..

Achen SMP mengatakan...

Hiduppppppp Smpppppppppppp!!!

genial mengatakan...

wahh.. bang buwel emang luar biasa... hidup bang buwel smp!!! heheh.. pis...

attayaya jadi anak smp mengatakan...

menerobos gelombang mbah gugel

Lulus Sutopo mengatakan...

Terimakasih sharenya
salam hangat dan sukses selalu

Bahasa Pena mengatakan...

wah puisi n artikelnya bagus sob...
salam kenal n salam persahabatan...

Elvindinata mengatakan...

nice posting kawan :),,happy blogging kawan :)

KOLABORASI POSTING mengatakan...

puisi dari sastrawan legendaris nih...

Herdoni Wahyono mengatakan...

Sanusi Pane, sebuah nama yang amat dikenal kalangan pelajar di Indonesia. Namamu selalu dikenang. Harum semerbak karyamu. Memberi corak dikala hidupmu. Untuk negeri ini.

Posting Komentar